Mengawali Hari Baru

Mengawali Hari Baru

2 January 2023 06:04 AM

KH Zaimuddin Wijaya As’ad (Gus Zuem)

WAKTU bagaikan aliran air sungai. Terus mengarus mengalir ke arah titik terendah, tak pernah berbalik.Maka, air sungai yang menyentuh kaki kita dari satu menit ke menit berikutnya adalah air yang berbeda.

Begitu juga sang waktu yang “menandai” kehidupan kita adalah waktu yang tiap tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit bahkan detik yang berbeda seiring detak jantung kita dengan bilangan waktu yang terus bertambah.

Bertambahnya waktu yang kita lampaui boleh kita syukuri atau rayakan, tapi tak perlu sampai merayakannya berlebihan, apalagi mendekati kemaksiatan. Karena yang harus diingat adalah bertambahnya jumlah waktu yang kita lampaui, pada hakekatnya makin dekatnya aliran air itu ke titik terendah: liang lahat.

Maka dari itu, syukuri atas waktu yang kita telah lampaui tapi jangan lupa istighfar atas kesalahan yang telah kita lakukan selama ini dan bermohonlah untuk limpahan rahmat Allah dalam memasuki waktu baru selanjutnya.

Secara sederhana, dalam menyikapi tiap perputaran/pergantian waktu, dapat kita analogikan dengan leluhur atau kakek kita yang bertani ketika memasuki hari baru di setiap pagi.

Begitu ayam jantan melengkingkan suaranya, beliau bangun untuk MANDI membersihkan diri dengan diniati untuk menyempurnakan nilai ibadah yang akan dilakukannya.

Selanjutnya mendirikan SHALAT mendekatkan diri pada Allah sebagai tanda syukur, pasrah mohon ampun sekaligus mohon rahmat-Nya atas hari yang akan dilalui.

Kemudian bersama anak istri menikmati SARAPAN sebagai media penyemangat dari sang istri untuk suami yang akan berjuang memenuhi kewajibannya.

Baru setelah itu, dengan langkah mantap, suami berangkat BERKARYA dengan membawa cangkul dan sabit, menuju hamparan ladang yang digelar Allah.

Dari analogi di atas, bila rangkaian rutinitas itu diurai secara berurutan (tertib) kira-kira begini narasinya:

MANDI, bersihkan diri sebelum kita “menghadap” Tuhan. Jangan mentang-mentang Tuhan lebih melihat hati, kita justru tak sepenuh hati untuk memenuhi panggilan-Nya. Aroma tubuh tak sedap dan baju sekenanya. Maka ketika kita bersihkan diri dengan niat untuk mematutkan diri menghadap Allah, berarti saat itu pula kita sedang bersihkan hati.

SHALAT, sebagai wujud pengakuan atas kehambaan kita yang tak berdaya sehingga kita merasa bukan apa pun dan siapa pun tanpa  Allah. Pada aktivitas inilah kita pada hakekatnya “memperbaharui” komitmen kita pada Allah. Kita seolah bilang : ”Ya Allah, kuakui kemarin banyak kesalahan yang aku lakukan, maka ampuni dan tolonglah hari ini agar aku menjadi lebih baik segalanya, karena hanya Engkaulah penolongku”.

SARAPAN, sebagai wujud kesiapan sekaligus penyadaran kita bahwa kita ini manusia biasa yang punya rasa haus dan lapar. Betapa kita “tergantung” pada segelas air, sehingga seorang raja di tengah padang pasir yang kehausan rela menukarkan kerajaannya dengan beberapa teguk air. Maka jangan takabur dengan sia-siakan minuman dan makanan di hadapan, meski sudah kita beli.

BERKARYA, sebagai wujud rasa syukur atas kesehatan jasmani dan rohani kita, kita budidayakan segala anugerah Allah yang kita terima agar bisa “menghasilkan” sesuatu yang bermanfaat untuk sesama. Ingat, kita semua ini “wakil” Allah di bumi ( khalifah fil ardl ), untuk menebarkan kebaikan yang memuliakan makhluk-Nya, yang diterjemahkan leluhur kita “hamemayu hayuning bawono”:  memperindah keindahan isi bumi dengan cara-cara yang indah, bukan cara yang merusak, karena Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.

Jadi, ketika kita mengawali hari baru, saya pikir empat hal itulah yang lazim kita lakukan sesuai tahapannya, setiap hari. Insya Allah bila itu kita lakukan dengan istiqamah, kita bisa kembali ke rumah dan tidur dengan nyenyak dan tenang, husnulkhotimah.

Selamat memasuki hari baru di bulan dan tahun baru 2023. Semoga Allah selalu merahmati, memberkahi dan meridai kita semua.. Amin. (*)

 

Editor : Achmad RW

Sumber : Jawapos Radar Jombang                                                 

Link : https://radarjombang.jawapos.com/opini/02/01/2023/mengawali-hari-baru/  



Leave a Reply