Perpustakaan Unipdu

Belajar dari Apa Saja

Belajar dari Apa Saja

12 September 2022 06:36 AM

KH Zaimuddin Wijaya As’ad (Gus Zuem)

PADA suatu saat-cerita Imam Afifuddin Abdullah bin As’ad- beliau mengunjungi sebuah kota untuk bersilaturrahim dengan sahabatnya yang seorang sufi juga. Usai jumpa sahabatnya, dia pun langsung kembali ke kota asalnya.

Saat pulang itulah, dia diikuti seekor anjing hitam yang terus berada di belakangnya hingga keluar batas kota. Sekira 50 meter dari batas kota, pandangan sang imam tertumbuk pada bangkai kambing di pinggir jalan. Begitu juga pandangan anjing tersebut.

Maka untuk menghindari kalau-kalau berbau, beliau pun mempercepat jalannya sambil menutup hidung. Namun, begitu beliau melihat anjing yang mengikutinya justru lari berbalik arah masuk kota, beliau berfikir : “anjing kok takut pada bangkai, anjing aneh…”

Belum juga jauh jarak dari bangkai, tiba-tiba beliau dikejutkan oleh suara gonggongan segerombolan anjing yang sedang berebut makan bangkai tadi.

Akibatnya, beliau berhenti untuk mengamati dari kejauhan anjing-anjing itu satu per satu. Beliau tak “mengenali” satupun, kecuali satu anjing hitam yang mengikutinya tadi yang ternyata tidak ikut pesta  makan bangkai, tapi hanya memandangi kawanannya dari kejauhan. Baru setelah kawanannya kenyang dan pergi, si hitam mendekati sisa-sisa bangkai untuk dimakannya.

Bagi sang Imam, peristiwa itu adalah pelajaran yang sangat bermakna dalam hidupnya. Betapa tidak, beliau baru kali ini menyaksikan perilaku anjing yang sangat “berakhlak”.

Jauh dari sifat serakah yang menghinggapi mahluk yang dimuliakan Allah: manusia.

Si hitam masih berfikir untuk mengabari kawanannya bahwa ada makanan lezat yang tersaji dengan siap santap. Sudah begitu, dia memberi kesempatan dulu pada kawanannya.

Subhanallah… maka pantaskah jika ada manusia yang merasa paling mulia di hadapan Allah hanya karena dia manusia?

Tentu tidak…

Kita tercipta sebagai manusia, wajib kita syukuri. Dan sebagai wujud syukur itu, kita harus memantaskan diri sebagai hamba Allah yang “layak” sebagai khalifah / wakil Tuhan di bumi ini, memayu hayuning bawono dengan semangat belajar dari apa dan siapa saja.

Dan ingat, ketika kita berhasrat untuk belajar dari apa dan siapa saja, sesungguhnya tanpa kita sadari, kita mengakui ada kebaikan atau manfaat yang bisa kita peroleh dari sumber itu, sehingga semakin banyak sumber belajar yang kita ambil semakin memperkecil antipati / kebencian kita pada sesuatu yang kita tidak ketahui tentang sumber belajar itu.

Maka, saya punya hipotesis, semakin luas seseorang mengambil pelajaran dari berbagai sumber, semakin luas pula  rasa maklumnya pada pendapat yang berbeda dengannya, sehingga dia memandang hidup ini dengan hati  lapang, penuh kasih & senyum hangat seolah sdg menikmati lukisan Tuhan dengan konfigurasi aneka  warna yang indah dalam mempercantik kehidupan bersama yang tak menyisakan ruang untuk kebencian.

Maka, bersyukurlah jika hati Anda dipenuhi Allah dengan rasa kasih, karena dengan rasa itu juga Allah akan sangat mengisihi Anda. (*).

 

Editor : Achmad RW

Sumber : Jawapos Radar Jombang

Link : https://radarjombang.jawapos.com/opini/12/09/2022/belajar-dari-apa-saja/

Exit mobile version