Santri dan NKRI

Santri dan NKRI

29 August 2022 07:12 AM

KH Zaimuddin Wijaya As’ad (Gus Zuem)

Memperingati hari kemerdekaan RI, aktivis mahasiswa BEM FAI Unipdu Jombang kemarin mengadakan ZOOMINAR dengan tajuk “Peran Santri dalam Menjaga NKRI”.

Sebagai orang yg dulu pernah muda dan jadi mahasiswa yang suka “kumpul-kumpul”, saya selalu  merasa seperti kembali ke usia mereka lagi bila berada di tengah-tengah mahasiswa yang  bicara topik-topik keummatan nan  multidimensi itu.

Setidaknya dengan aktivitas tersebut, mereka belajar menumbuhkan kepedulian pada sesama dengan berbagai problematika yang bersifat kekinian, sehingga terbangun idealisme di benak mereka untuk ambil peran sebagai person pembawa solusi yang bermanfaat di tengah pergulatan aneka solusi yang ditawarkan berbagai pihak.

Dari seminar itu, saya uraikan tentang “karakter” pesantren terkait dengan sikap mereka terhadap eksistensi NKRI. Secara sederhana saya buat dikotomi yang  frontal, yaitu pertama: pesantren yang berupaya  mempertahankan NKRI, dan kedua: pesantren yang berjuang menafikan NKRI.

Pesantren yang lahir sebelum kemerdekaan (salaf) apalagi yang turut memperjuangkan kemerdekaan RI (seperti pesantren para ulama NU), pada umumnya bersikap yang pertama. Hal itu biasanya diikuti para alumninya di kemudian hari, bila mendirikan pesantren baru.

Pesantren yang lahir pasca kemerdekaan dan didirikan oleh ulama yang bukan alumni pesantren salaf tadi, cenderung bersikap yang kedua. Mereka menilai, NKRI ini belum final atau belum sesuai dengan faham yang mereka anut, sehingga harus dirombak secara total hingga ke dasar-dasarnya.

Nah… santri dari pesantren ini, biasanya sangat eksklusif, sampai-sampai dengan ringannya mengafirkan sesama muslim yang tak sefaham dengan mereka. Sudah gitu, selain mereka berlatar agama yang kuat, juga memiliki kesadaran yang tinggi dalam pemanfaatan medsos secara massif uuntu men-syiar-kan pandangan-pandangan mereka dan menyerang “musuh-musuhnya”.

Dari realitas sosial itu, saya sampaikan bahwa peran santri ( pesantren NU) saat ini dalam menjaga NKRI sangat besar dan berat. Besar, karena jumlah santri pendukung NKRI yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berat, karena selain menghadapi kekuatan sayap KIRI yang anti Islam, juga menghadapi sayap KANAN yang merasa paling Islam.

Saran saya pada mereka, selain meningkatkan pemahaman tentang Islam yang “rahmatan lil alamin”, mereka harus menguasai pemanfaatan medsos / dunia maya / internet dengan konten-konten islami yang menyejukkan sehingga bisa menjadi daya tarik para generasi milenial untuk menjadi “santri-virtual”  yang mencintai NKRI.

Hehehe.. maka dari itu, saya sempat ingatkan mereka agar jangan bermedsos hanya untuk ungkapkan kegalauan asmara atau posting gambar-gambar mesra sekadar untuk menunjukkan kalau tidak jomblo.

Hehehe.. saya kuatir dalam hati mereka berkata: ”Kalau itu sih bukan mahasiswa saja, pak.. tapi juga teman-teman bapak ….. hihihi…..”. (*)

 

Editor : Achmad RW

Sumber : Jawapos Radar Jombang

Link : https://radarjombang.jawapos.com/opini/29/08/2022/santri-dan-nkri/



Leave a Reply