RESLETING …

RESLETING …

30 May 2022 08:01 AM

KH Zaimuddin Wijaya As’ad (Gus Zuem)

“Suatu saat, kami kuliah lintas jurusan di gedung audit. Aku lupa mata kuliahnya. Ketika itu dosennya sudah datang duluan, duduk di kursi dosen sambil menata slide untuk OHP.

Aku dapat kursi paling depan dekat mahasiswi dari jurusan lain, karena aku datang agak lambat. Sementara kursi belakang sudah penuh.

Maklum, dosennya sangat memperhitungkan presensi. Jadi pada takut absen.

Tepat jam 08.00, kuliah dimulai.

Nah, di saat beliau berdiri menghidupkan OHP dan pasang slide, perhatianku terganggu. Apalagi mahasiswi di sebelahku yang manis itu. Tampak sekali kegelisahannya, sehingga dia mengambil selembar kertas dari tasnya dan menulis singkat kemudian dia lipat satu lipatan.

Sambil pegang lipatan itu, dia bilang nyaris berbisik: mas, tolong berikan ke bapak ya…

Aku mengangguk dan langsung melangkah ke meja beliau.

Aku pikir itu pertanyaan tertulis untuk pak dosen, seperti biasanya. Begitu aku kembali duduk di kursiku, beliau memandangiku dari kursinya sambil duduk tersenyum dan mengangguk. Aku ya membalas dengan senyum saja.

Begitu beliau berdiri dan melanjutkan materi kuliahnya lagi, aku kaget, karena ada yang berubah… ritsleting celana beliau kini sudah tertutup rapat, tidak seperti tadi yang sangat menggangu perhatianku.

Tapi… kini pikiran dan perhatianku justru terganggu pada mahasiswi di sebelahku.

Kalimat apa yang dia tulis..?

Mengapa tidak dia sendiri yang menyerahkan..?

Pertanyaan itulah yang terus bergayut di benakku selama 1,5 jam kuliah, sambil sesekali curi pandang pada wajahnya yang manis alami dengan riasan tipis sehingga sedap dipandang itu.

Maka ketika pergantian jam kuliah, aku beranikan diri untuk bertanya, aku yakin pasti dia tidak keberatan karena dia punya utang jasa padaku yang mengantar surat itu.. hehehe..

Betul juga, dia dengan santai menjawab kedua pertanyaan tadi..

Pertama, Kalimat yang dia tulis: “Mohon maaf bapak, apakah tidak sebaiknya baju bapak dikeluarkan saja..?”

Kedua, kalau dia sendiri yang menyerahkannya, betapa malunya bapak dosen itu, karena ketakpantasannya telah dilihat oleh wanita.

Sejak saat itu, aku mulai menyimpan perhatian pada gadis yang mirip Desy Ratnasari itu.

Rasanya hatiku telah tercuri habis oleh kecerdasan dan budi pekertinya serta kemanisannya.

Aku pun mulai dekati dia dengan selalu memenuhi apa yang dia mau, semampuku.

Aku tak peduli, dia sudah punya pacar apa belum.

Bagiku, sebelum janur kuning hiasi rumahnya, dia masih terbuka untuk siapa saja.. hehehe…

Alhamdulillah… perjuanganku tidak sia-sia gus. Dia bisa menerimaku apa adanya. Tahun 96 kami menikah, sekarang anak mbarepku baru lulus kuliah. Dapat predikat cumlaude lho gus. Dia pinter, seperti mamanya… ”

“Hehehe… alhamdulillah… semoga keuletan dan semangat juangnya yang meniru bapaknya ya…” respons saya pada cerita panjang sahabat saya yang disampaikan via telepon setelah kemarin dia baca postingan saya (meme) tentang betapa mulianya orang yang bisa memberi koreksi atau mengingatkan orang lain secara tertutup.

Dengan demikian di balik koreksinya itu, dia tidak ingin dilihat orang lain sebagai orang yang lebih baik dan tetap menjaga kehormatan orang yang diingatkannya.

Luar biasa…

Apa pesan moral dari cerita sahabat saya di atas tadi..?

Hehehe…. ternyata jodoh itu banyak jalannya, bahkan dari perkara resleting pun bisa mempertemukan dua hati untuk saling mengasihi dalam ikatan cinta..

Seandainya disinetronkan bagus sekali loh…

Dengan judul Resleting Cinta….

Hehehe… mari jaga kesehatan, jangan lupa bahagia. (*).

 

Editor : Achmad RW

Sumber : Jawapos Radar Jombang

Link : https://radarjombang.jawapos.com/kota-santri/30/05/2022/resleting/



Leave a Reply